Notes of Inspiration

Sinkronisasi seni musik klasik dan keanggunan penunjuk waktu bagi seorang pianis muda bertalenta, George Harliono

Dalam suasana yang nyaman di butik Chopard di Plaza Indonesia, Collector’s Guide-WATCHES Indonesia berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan George Harliono, pianis klasik muda berbakat dari Britania Raya dan berdarah Indonesia. Pertemuan ini terjadi sehari sebelum pementasan konser galang amal “Symphony for Life” untuk Yayasan Kanker Indonesia. George dengan tulus berbagi lika-liku pengalaman perjalanannya menuju puncak kesuksesan saat merambah dunia musik klasik yang memiliki tantangannya tersendiri. Ia membuka diri tentang kegigihannya melalui menit demi menit proses berlatih, meluangkan fokusnya pada hal yang ia begitu cintai, mulai dari mengasah kemampuan, sampai mendalami hasratnya terhadap instrumen piano. Ia memiliki apresiasi lebih terhadap proses pengerjaan craftsmanship dari sebuah piano, dan berbagi kisah tentang jam tangan favoritnya yang kerap dikenakannya, dan memberikan sentuhan sentimental dalam kesehariannya.

George mengunjungi Indonesia untuk ketiga kalinya dalam tahun ini, setelah sebelumnya sempat mengunjungi Bali dan Jakarta belum lama ini. Ia juga mengisahkan kenangan tak terlupakan dari kunjungannya satu dekade yang lalu bersama keluarganya, di mana pijakan kakinya di pasir pantai Pulau Bali dan kenikmatan makanan Indonesia yang kaya bumbu meninggalkan kesan mendalam. George mengungkapkan rasa senangnya kembali ke Indonesia, di mana ia merasa semakin peka untuk meresapi dan semakin mengapresiasi kebudayaan Indonesia seiring tumbuh dewasa. Ekspresi senyumnya mencerminkan kebahagiaan yang mendalam atas kesempatan untuk kembali mengeksplorasi keindahan dan keanekaragaman yang ditawarkan oleh tanah air.

Pianis muda ini telah mengarungi panggung musik selama lebih kurang 13 tahun, dan dalam rentang waktu tersebut, ia telah mengumpulkan berbagai kenangan berharga. Salah satu momen awalnya adalah ketika George pertama kali bermain di depan umum, merasakan cahaya sorot lampu dan interaksi langsung dengan penonton. Namun, pencapaian yang lebih besar datang saat George, pada usia sembilan tahun, melakukan recital selama satu jam dengan hadirin yang terdiri dari masyarakat umum. Pengalaman ini menjadi sangat penting baginya, terutama di Inggris, di mana kesempatan bagi musisi klasik muda untuk tampil dalam konser sejenis sangat jarang. Keterlibatannya dalam acara tersebut menarik perhatian media lokal, dengan beberapa orang bahkan berdiri untuk menyaksikan penampilannya. Keberanian dan bakat George yang luar biasa pada usia muda membuat momen ini menjadi sangat berharga dalam perjalanan musikalnya.

Di tahun 2018, George berhasil terpilih nominasi oleh BRIT Awards untuk penghargaan ‘Sound of Classical Poll’ yang mempromosikan artis-artis pendatang baru terbaik dan yang patut ditonton dalam musik klasik. George merasa bangga mendapatkan pengakuan ini, mengingat tingkat persaingan yang tinggi dan kompetitif dalam dunia musik klasik. “Apalagi, penghargaan ini datang secara tidak terduga, mengingat saya belum pernah merilis CD atau karya musik dalam bentuk apa pun,” ungkapnya. Ia juga telah meraih medali perak dalam Kompetisi Tchaikovsky ke-XVII. Ini merupakan pencapaian luar biasa baginya.

Keinginannya untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini telah tumbuh sejak masa kecil, dan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kompetisi tersebut saja sudah dianggap sebagai suatu pencapaian yang membanggakan baginya. Ia mengingat dengan baik intensitas kompetisi, “Ronde pertama berlangsung selama satu jam, kemudian ronde kedua juga berlangsung selama satu jam, dan ronde ketiga menjadi ronde terakhir, jadi stamina dan daya tahan adalah kunci utama untuk kompetisi ini,” tutur George berbinar. Ia merasa sangat terhormat bisa meraih penghargaan ini, membuktikan di mana pentingnya dedikasi dan kedisiplinan tidak akan mengkhianati hasil.

George bangga mendapatkan kesempatan untuk studi di BMUS Degree di Royal College of Music. Saat mengikuti audisi, usianya baru 15 tahun, dan ia memulai studinya pada bulan September ketika berusia 16 tahun. Pengalaman di sekolah ini menjadi momen yang sangat berarti baginya, karena memungkinkannya untuk sepenuhnya fokus mengembangkan bakat bermain piano. Yang paling berkesan baginya adalah atmosfer yang mendukung di sekolah tersebut, di tengah-tengah musisi dan musisi klasik. Ini menjadi penting karena sebelumnya, George mengikuti pendidikan homeschooling, di mana ia belajar musik tetapi secara tidak langsung terisolasi, tanpa interaksi dengan teman sebaya. “Sedangkan, di sana, berada dalam lingkungan yang berisi individu dengan minat dan fokus yang sama benar-benar membantu dalam aspek bermusik,” jelasnya penuh semangat. Ia menambahkan bahwa pengalaman ini memberinya banyak perspektif baru tentang karier dan pendekatan bermusik, waktunya di Royal College of Music dianggapnya sebagai periode krusial dalam proses mempertajam intuisinya sebagai musisi.

Mencapai posisinya sekarang ini, bukanlah jalan mulus bagi seorang George. Proses latihan yang intens menjadi salah satu tantangan besar yang harus dihadapinya dalam perjalanannya sebagai musisi klasik. Sejak usia 9 tahun, ia telah mengalami latihan 4 jam sehari, dan saat ini, ia berusaha untuk berlatih sekitar 8 jam, meskipun jarang dapat mencapai target tersebut, terutama saat harus bepergian. George memaksimalkan setiap kesempatan untuk berlatih, bahkan dalam perjalanan, demi menjaga kualitas penampilannya.

Setelah proses wawancara, George sendiri sudah memiliki “bucket list” yakni setlist yang harus dipersiapkan, menaklukkan dua concerto yang berbeda, dan program recital piano selama 90 menit, George mencurahkan waktu dan usaha yang besar untuk tetap berada di puncak performanya. Meskipun menjalani jadwal yang padat, George merasa ada momen ketika ia merasa bersalah karena bekerja terlalu keras. Perjalanan antar negara untuk konser, termasuk konser penting di Indonesia dan Rusia, menambah tingkat kesibukannya. Namun, meskipun tuntutan jadwal yang tinggi, George menemukan kepuasan dalam berbagi musik dengan banyak orang. Dia mengakui bahwa karier ini tidak hanya demanding secara fisik, tetapi juga membutuhkan pengorbanan dari segi keluarga, waktu, dan finansial. Meskipun tugasnya mencakup ribuan catatan musik yang harus dimainkan dengan presisi, ia menyadari bahwa yang juri cari dalam musik klasik adalah sesuatu yang unik, artistik, dan autentik.

Walaupun jadwalnya bisa sangat menuntut, ia menemukan kebahagiaan dalam bermain musik dan berbagi pengalaman musikalnya dengan audiens di berbagai belahan dunia. Meski tidak memiliki banyak waktu untuk dirinya sendiri, ia tetap menikmati pengalaman kuliner dan eksplorasi budaya saat berada di tempat-tempat baru seperti Indonesia, Jepang, dan Korea. Selama perjalanan konsernya di seluruh dunia, musisi muda berbakat ini tidak hanya membawa harmoni musiknya, tetapi juga ia kerap ditemani oleh Seiko Presage, yang merupakan jam tangan pertama favoritnya. Terkadang, Rolex Explorer II milik ayahnya menjadi pilihan ikonis George untuk penggunaan sehari-hari. Koleksinya semakin beragam dengan kehadiran jam tangan BUUR, hadiah dari seorang teman, yang menampilkan komplikasi moonphase yang memikat. Bagi George, jam tangan bukan hanya alat pemantau waktu, melainkan juga pernyataan gaya yang mencerminkan selera dan kebutuhannya. Dalam pengalaman menjajal seri terbaru jam tangan Chopard Alpine Eagle berwarna abu-abu, George menghadirkan sentuhan elegan dengan setelan jas bespoke biru navy dan kemeja putih, dipadukan dengan sepatu loafer coklat. Dengan koleksinya yang beragam, George menggambarkan pemahaman mendalamnya terhadap daya tarik dunia jam tangan.

Sebagai seorang musisi yang memahami keindahan teknik craftsmanship, George membagikan pengalamannya setelah mengunjungi pabrik Steinway dan Yamaha serta menguji berbagai piano. Ia menyoroti kompleksitas dalam pemilihan material dan perakitan yang memengaruhi karakteristik unik tiap instrumen. Ia mencatat bahwa piano dan jam tangan, meski berukuran dan tujuan berbeda, memiliki kesamaan dalam pentingnya setiap komponen yang berkontribusi pada fungsi yang sempurna. “Baik dalam piano maupun jam tangan, perubahan mikro selama proses produksi dapat menghasilkan produk akhir dengan keunikan masing-masing,” paparnya. Menunjukkan bahwa dalam dunia craftsmanship, setiap detail memiliki nilai yang besar. Melewati tahun yang penuh tantangan dan jadwal penampilan yang menantang di depan, George merefleksikan pentingnya tidak hanya menikmati setiap momen bermain piano, tetapi juga memberikan dukungan dan bimbingan kepada generasi penerus musisi klasik. Untuk tahun depan, fokusnya akan berpindah dari tidak hanya memberikan keindahan musik kepada penonton, tetapi juga mendukung perkembangan dan pertumbuhan musisi muda, terutama di Indonesia.

Dengan tekad untuk memberikan dampak positif pada dunia musik klasik, George juga berkomitmen untuk mempelajari bahasa Indonesia, menandai fase baru dalam perjalanan seninyaIa menutup tahun ini dengan semangat pembelajaran dan kolaborasi, siap menghadapi peran barunya dalam merawat masa depan musik klasik.

Penulis: Billy Saputra
Foto-foto: Rendy Kairupan

 

Share via
Copy link
Powered by Social Snap