Dynamic Duo

Bagaimana Charles Brookfield dan John Flood mengembangkan Archipelago International menjadi manajemen hotel swasta terbesar di Asia Tenggara

Archipelago International sukses menjadi grup manajemen hotel swasta terbesar di Asia Tenggara, dan telah meraih sejumlah penghargaan, baik pencapaian grup secara keseluruhan maupun merek individu. Sejak didirikan pada 1997, saat itu masih bernama ASTON International, Archipelago International tumbuh dan berkembang dengan mengoperasikan lebih dari 150 hotel dan mengembangkan 200 hotel di seluruh Asia Tenggara, Karibia, dan Timur Tengah. Sebanyak 11 brand hotel berada di bawah payung Archipelago International dengan total jumlah kamar yang mencapai 45,000 kamar. Dengan menjaga akar budaya dan keramahan Asia, Archipelago International berhasil mengungguli jaringan hotel internasional dan berkembang di pasar global lainnya.

Archipelago Internasional didirikan oleh hotelier veteran, Charles Brookfield yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden eksekutif ASTON yang ditugaskan untuk memperluas pasar ke luar Amerika Serikat. Charles melihat bahwa negara-negara di Asia-Pasifik akan tumbuh pesat dalam satu atau dua dekade ke depan, ia pun tertarik dengan Indonesia dan Filipina sebagai tujuan ekspansi hotel tersebut. Charles juga berhasil mempertahankan ASTON untuk melewati krisis finansial yang juga melanda Asia, di tengah kesulitan itu ia bertemu dengan partnernya, John Flood. “Saya berdiskusi dengan John bagaimana cara membuat perusahaan ini berhasil. Lalu, ide beralih dari bisnis hotel bintang 4 dan 5 ke hotel bujet muncul. Lahirlah brand favehotel,” ungkap Charles.

Ide tersebut muncul lantaran sektor bujet mengalami pertumbuhan di Indonesia, dan kala itu banyak maskapai penerbangan menawarkan tiket dengan harga terjangkau di seluruh Asia. Tren perjalanan domestik dengan harga terjangkau membuat masyarakat membutuhkan hotel yang terjangkau pula untuk menginap. Dengan mempekerjakan arsitek dan merancang hotel sendiri, hotel dengan merek favehotel pun berhasil diluncurkan pada 2009. Keberhasilan favehotel menjadi hotel dengan bujet terjangkau dan pelayanan terbaik pun dilirik para pengembang. Perkembangan favehotel semakin pesat, sehingga Charles dan John berhasil membuka 52 favehotel di berbagai kota di Indonesia. Hal ini menjadi titik balik perjalanan bisnis ASTON di Indonesia. Pada 2013, Charles memutuskan untuk mengubah nama perusahaan induk menjadi Archipelago International, dan John ditunjuk sebagai CEO dari perusahaan yang kini menjadi grup manajemen hotel swasta terbesar di Asia Tenggara itu.

Archipelago International memiliki banyak brand untuk segmen yang berbeda, seperti ASTON yang mencerminkan keramahan asli Asia, The Alana yang dirancang sebagai hotel bintang 4 dan 5 untuk wisatawan yang ingin menghabiskan waktu berkualitas di tengah lingkungan yang tenang, sampai ke Huxley yang merupakan hotel gaya hidup baru untuk wisatawan generasi baru yang gemar menjelajahi destinasi inspiratif dengan keunikannya. Huxley dapat menginspirasi para tamu untuk menulis cerita, membuat narasi, atau merancang adegan mereka sendiri.

 

Inovasi merupakan kunci dan bagian dari filosofi perusahaan untuk bertumbuh secara berkelanjutan, dan hal ini dilakukan oleh Archipelago International dalam menghadapi sejumlah tantangan, misalnya saat pandemi Covid-19. Archipelago International pun mengambil langkah untuk menyelamatkan bisnis yang telah dijalankan lebih dari 20 tahun tersebut, dan menjadi grup hotel pertama di Tanah Air yang menerapkan program rapid-test Covid-19 untuk semua karyawan di awal pandemi Covid-19, yang menunjukkan keseriusan perusahaan untuk melindungi tamu dan staf hotel. Melindungi seluruh anggota juga dilakukan Archipelago International dengan melakukan vaksinasi bagi seluruh karyawan, yang menjadi terobosan industri pada saat itu. “Kami telah menerima vaksin dan tidak membuang waktu untuk memastikan kesehatan karyawan dan keselamatan tamu kami,” kata John.

Dalam menangani isu pemanasan global yang memengaruhi industri perhotelan, pendekatan keberlanjutan pun menjadi solusi. Perusahaan menilai bahwa investasi yang sesungguhnya ialah investasi yang tidak merugikan alam, mencemari planet, atau berdampak negatif terhadap masyarakat, dan demi mewujudkan keberlanjutan, Archipelago International berusaha untuk mengurangi dampak bisnis terhadap lingkungan dan menerapkan kebijakan keberlanjutan terbaru di seluruh properti yang dikelola. Grup manajemen hotel terbesar di Asia Tenggara ini menginisiasi untuk mengganti plastik yang digunakan untuk sedotan dan kemasan perlengkapan mandi dengan bahan yang lebih ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Kemudian, beberapa merek hotel di bawah naungan Archipelago International memilih menggunakan kotak sabun cair menggantikan penggunaan botol plastik kemasan di seluruh kamar.

 

Dalam memenuhi pelayanan terbaik kepada para tamu, mereka juga tidak ragu untuk melakukan adaptasi teknologi. Setelah menjadi jaringan hotel pertama di Asia Tenggara yang menerapkan touchless hospitality, Archipelago International terus mengaplikasikan teknologi untuk tetap menjadi pemimpin industri perhotelan Tanah Air. Mereka melakukan kemitraan dengan ReviewPro sejak 2021, dan mengimplementasikan tiga solusi manajemen pengalaman tamu, yaitu Online Reputation Management (ORM), Guest Satisfaction Surveys (GSS), dan Auto Case Management (ACM). Tiga solusi tersebut membantu tim Archipelago International menanggapi kebutuhan tamu saat masih berada di lokasi, dan dapat memastikan tidak ada tamu yang pergi dengan tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Seluruh brand hotel di jaringan Archipelago International juga diperkuat dengan Sentec PMS (Property Management System), dengan keunggulan fitur seperti cloud-native yang dirancang berbasis web 100%, sehingga tidak diperlukan biaya besar untuk instalasi perangkat lunak maupun perangkat keras, sangat memudahkan untuk mengakses data hotel di mana saja dan kapan saja melalui browser web.

Share via
Copy link
Powered by Social Snap