The Master Of Speed

Omega semakin mengukuhkan lini Speedmaster yang sangat ikonik dengan meluncurkan Speedmaster Moonwatch terbaru dalam dial berwarna putih yang elegan

Merek jam mewah asal Swiss, Omega baru saja meluncurkan varian terbaru dari jam Speedmaster yang sangat ikonik. Speedmaster Moonwatch terbaru hadir dengan dial putih yang langka dan sangat memikat. Jam ini sebelumnya telah menarik perhatian para penggemar Moonwatch pada November silam, saat dikenakan oleh brand ambassador Omega, Daniel Craig ke pameran Planet Omega di New York, Amerika Serikat. Tampilan dial putih ini terinspirasi dari eksplorasi luar angkasa dan sejarah koleksi ini yang cukup panjang. Warna putih pada dial jam merupakan varian yang jarang ada, awalnya Omega menciptakan Moonwatch pertama kali pada tahun 1957 dengan dial hitam dan indeks berwarna putih agar mudah terbaca. Namun, kini dengan dial putih dan indeks hitam juga menghasilkan keterbacaan yang sama bagusnya. Para desainer Omega juga telah menambahkan tulisan Speedmaster berwarna merah agar sedikit mencolok.

Selain jam terbaru ini, terhitung hanya ada beberapa jam Speedmaster dengan dial berwarna putih, salah satu contohnya adalah Speedmaster Silver Snoopy Award yang dirilis tahun 2015, Speedmaster Alaska Project pada tahun 2008, dan juga Speedmaster yang diberi julukan Albino karena dial putihnya untuk merayakan 40 tahun Speedmaster di pasar Italia pada tahun 1997. Jam Speedmaster telah menjadi koleksi yang sangat ikonik dan terkenal untuk Omega karena keterkaitannya dengan eksplorasi luar angkasa, semenjak jam ini dipakai oleh NASA untuk semua misi luar angkasa sejak tahun 1965 dan telah dipakai dalam enam pendaratan di bulan yang membuatnya memiliki nama julukan Moonwatch. Pada tahun 1964, NASA melakukan sebuah tes terhadap jam kronograf dari empat merek untuk bisa dipakai ke luar angkasa, semua jam tersebut rusak setelah tes dan hanya satu yang bertahan, yaitu Speedmaster. Sejarah yang panjang ini telah menjadi dasar dan inspirasi bagi berbagai jam yang dirilis Omega sampai saat ini, sejarah ini juga menghasilkan daya tarik yang sangat besar dari penggemar jam.

Kembali lagi ke jam tangan terbaru ini, satu detil lain yang menarik dan juga terinspirasi dari sejarah Speedmaster, para desainer Omega telah menambahkan tulisan Speedmaster berwarna merah agar sedikit mencolok, aksen merah ini juga terinspirasi dari case pelindung dari jam Alaska Project di tahun 1969 yang juga memiliki dial berwarna putih. Selain itu, garis merah juga ditampilkan pada pakaian astronot sejak Apollo 13 pada tahun 1970 untuk menandakan pangkat seorang komandan.

Permukaan dial jam yang hadir dengan casing berukuran 42mm ini juga diberi sentuhan khusus, yaitu lapisan pernis yang mengilap, dan ini pertama kalinya teknik ini digunakan pada koleksi Moonwatch. Warna putih juga sebenarnya cukup erat dengan koleksi ini karena terinspirasi dari warna putih dan hitam di baju astronot, khususnya yang dikenakan saat berjalan di luar angkasa. Speedmaster Moonwatch telah resmi dipakai oleh astronot NASA sejak tahun 1965 dan dikenal sebagai jam tangan pertama yang dikenakan di Bulan. Casing jam ini pun terinspirasi dari Speemaster generasi ke-empat yang memiliki desain asimetris dan dipakai oleh para astronot di Apollo 11 ketika mendarat pertama kali ke bulan.

Omega juga memiliki alasan khusus lainnya untuk memilih warna putih. Pada tahun 1969, Omega menciptakan prototipe Alaska I sebagai bagian dari proyek rahasia NASA untuk merancang sebuah jam tangan luar angkasa yang sempurna. Setelah berbulan-bulan bereksperimen, Omega memilih dial jam berwarna putih karena memberikan koefisien refleksi termal yang sangat efektif. Nama Speedmaster warna merah pada model baru ini juga mengacu pada casing pelindung berwarna merah yang mengelilingi jam tangan Alaska I.  Selain itu, garis merah juga ditampilkan pada pakaian astronot sejak Apollo 13 pada tahun 1970 untuk menandakan pangkat seorang komandan.

Secara dimensi jam tangan terbaru ini serupa dengan Moonwatch yang lain, dengan diameter casing sebesar 42mm dan ketebalan hanya 13.18mm. Terdapat sentuhan tambahan untuk para penggemar Moonwatch adalah detil pada bezel aluminium anodisasi hitam di setiap jam dengan grafir “Dot over Ninety” yang terkenal pada skala tachymeter. Sementara dial putihnya dilindungi oleh kaca safir cembung di bagian depan. Bagian belakangnya juga mendapatkan kaca safir yang membuat pemakainya bisa menikmati mesin jamnya ketika bekerja. Jam terbaru ini hadir dengan tali jam baja tahan karat yang nyaman dan terinspirasi dari koleksi vintage dengan lima tautan melengkung per baris. Tampilan klasik dengan detail yang dipoles dan disikat. Dua versi lain juga tersedia, termasuk versi dengan tali kulit berlubang mikro hitam dengan jahitan merah dan putih, dan model dalam tali karet anti-bakteri dengan pola permukaan bulan dengan relief di bagian bawah untuk meningkatkan kenyamanan dan membuatnya lebih menarik.

Moonwatch terbaru ini diperkuat oleh mesin Co-Axial Master Chronometer Calibre 3861 – yang paling mutakhir. Mesin jam ini mampu menjalankan sub-dial untuk detik, merekam waktu selama 30 menit dan 12 jam. Mesin ini menariknya harus dipuntir secara manual untuk dapat memiliki cadangan daya sampai 50 jam. Calibre 3861 memiliki Co-Axial escapement dan tersertifikasi sebagai sebuah master chronometer serta tahan terhadap daya magnet sampa 15.000 gauss. Jam ini juga memiliki ketahanan air sampai kedalaman 50 meter. Omega telah menghabiskan waktu lebih dari empat tahun untuk menciptakan sebuah mesin jam yang bisa mendapatkan sertifikasi master chronometer, sekaligus juga menyamai dimensi dari mesin 1861 yang dipakai di jam Moonwatch sebelumnya. Mesin jam terbaru ini juga telah memiliki Spirate System, yang mencakup spiral baru yang sedang menunggu paten dan revolusioner karena memungkinkan penyesuaian laju yang sangat halus. Berkat mekanisme unik ini, kini jam tangan dari Omega dapat mencapai presisi tersertifikasi hanya 0/+2 detik sehari.

Penulis: Yessar Rosendar

Share via
Copy link
Powered by Social Snap