THE WORLD OF GRAND SEIKO

Dengan Mono Salon perdananya di Indonesia, Grand Seiko mengajak pengunjung untuk menjelajahi keanggunan dan presisi khas Jepang melalui koleksi jam tangan terbaik mereka

Di tengah gemerlap Plaza Senayan, sebuah permata horologi baru telah hadir. Grand Seiko membuka Mono Salon perdananya di Indonesia—sebuah ruang eksklusif seluas 100 meter persegi yang menjadi oase ketenangan dan keanggunan bagi pencinta jam tangan. Melalui kemitraan strategis dengan Asia Jaya Ikon, Grand Seiko mengukir tonggak baru dalam kehadirannya di Asia Tenggara, menghadirkan tidak hanya koleksi terbaiknya, tetapi juga pengalaman imersif yang merayakan filosofi waktu dalam tradisi Jepang.

Dengan nuansa kontemporer yang lembut dan detail arsitektur khas Jepang, Grand Seiko Mono Salon bukan sekadar butik. Ini adalah tempat di mana waktu menjadi seni, dan setiap detik mewujud dalam simfoni estetika, presisi, dan filosofi yang mendalam. Di sinilah Grand Seiko mempersembahkan konsep “Alive in Time” secara utuh, dalam ruang yang menenangkan, menarik untuk dieksplorasi dan dinikmati.

“Kami membawa pengalaman Grand Seiko sepenuhnya ke Indonesia,” ujar Managing Director Grand Seiko Asia-Pacific Ida Idris-Low. “Tidak ada perbedaan antara pengalaman Anda di Tokyo, Singapura, atau Jakarta. Kami ingin pelanggan Indonesia menikmati keindahan horologi Jepang secara langsung, tanpa harus terbang ke luar negeri.”

Keindahan yang Hidup Dalam Detik

Grand Seiko bukan sekadar merek jam tangan mewah asal Jepang. Ia adalah manifestasi dari filosofi mendalam: The Nature of Time. Dalam setiap detik, terdapat kesadaran akan keindahan alam, keahlian manusia, dan spiritualitas ketepatan.

Salah satu elemen paling menonjol yang membedakan Grand Seiko dari merek lain adalah proses Zaratsu polishing, sebuah teknik penyelesaian cermin tanpa distorsi yang dilakukan sepenuhnya dengan tangan oleh para Takumi, pengrajin ahli Jepang. “Zaratsu adalah signature kami,” jelas Munehisa Shibasaki, chief brand officer Grand Seiko. “Bersama teknologi Spring Drive—mesin jam yang kami kembangkan selama lebih dari 20 tahun—kami menawarkan keakuratan ±20 detik per tahun.

Ini bukan hanya soal teknologi, tapi soal keindahan waktu itu sendiri.” Tiga pilar utama Grand Seiko—Spring Drive, Quartz 9F, dan Mechanical 9S—menggambarkan spektrum lengkap inovasi Jepang dalam horologi. Namun, seperti disampaikan oleh Shibasaki, kekuatan Grand Seiko tidak hanya terletak pada teknologinya, tetapi juga pada craftsmanship, emosi, dan cerita di balik setiap dial.

Dial yang Bercerita

Dalam dunia jam tangan mewah, dial adalah kanvas. Dan Grand Seiko menjadikannya karya seni. Mulai dari tekstur salju lembut di seri Snowflake, hingga kelopak sakura yang tertangkap di momen musim semi, setiap desain dial Grand Seiko adalah puisi visual yang menangkap esensi alam Jepang. “Inilah keunikan kami,” ujar Kevin Lie, direktur Asia Jaya Ikon, yang telah menjalin kemitraan sejak tahun 1978. “Dial kami bukan sekadar desain. Ia punya cerita—terinspirasi dari pegunungan, danau, hingga bunga khas Jepang. Ketika pelanggan menyadarinya, hubungan emosional dengan jam tersebut langsung tercipta.”

Kevin menambahkan bahwa Mono Salon ini adalah jawaban bagi para kolektor Indonesia yang sebelumnya hanya mengenal Grand Seiko lewat artikel atau media sosial. Kini, mereka dapat menyentuh, melihat, dan merasakan sendiri keindahan jam tangan tersebut di Jakarta. “Pelanggan tidak lagi perlu pergi ke Jepang atau Singapura. Koleksi lengkap tersedia di sini,” katanya. Mono Salon di Plaza Senayan akan terus menampilkan empat koleksi utamanya yaitu Sport, Heritage, Elegance, dan Evolution 9, termasuk arloji-arloji terbaru yang diperkenalkan di Watches and Wonders Geneva 2025. Di antaranya adalah Tentagraph SLGC007, kronograf mekanik yang memancarkan keagungan Gunung Iwate di musim dingin; SBGW323, jam mekanik dengan dial yang terinspirasi dari bunga kiri ungu; dan edisi terbatas mekanik terbaru bergaya Evolution 9 – SLGH027 yang menangkap kemegahan lanskap Gunung Iwate.

Ruang Eksplorasi dan Edukasi

Salah satu tantangan terbesar Grand Seiko di pasar Indonesia adalah edukasi. Masih banyak yang belum menyadari perbedaan esensial antara Seiko dan Grand Seiko. Di sinilah Mono Salon memainkan peran penting, bukan hanya sebagai butik, tetapi sebagai tempat edukasi, tempat cerita merek ini bisa diceritakan dengan penuh apresiasi.

“Kami ingin memperkenalkan Grand Seiko kepada generasi baru,” ujar Ida Idris. “Anak muda, penggemar fesyen, siapa saja yang mencari jam tangan dengan makna. Dan untuk itu, kami perlu berada di tempat yang tepat—seperti Plaza Senayan—agar mereka bisa melihat sendiri dan jatuh cinta.”

Shibasaki menambahkan, bahwa membuka butik di lokasi strategis adalah bagian dari misi jangka panjang Grand Seiko untuk menjangkau audiens baru—mereka yang mungkin belum mendalami horologi, tetapi menghargai keindahan dan makna dalam benda yang mereka kenakan. “Jam tangan bukan lagi alat penunjuk waktu,” katanya. “Ia adalah pernyataan gaya, cerita pribadi, dan simbol keanggunan.”

 

Seni yang Emosional

Grand Seiko adalah merek yang menggabungkan presisi teknis dengan emosi manusia. Kevin bercerita tentang seorang teman yang membeli Grand Seiko saat bulan madu di Jepang dan memilih model bertema sakura, menjadi bukti bahwa jam tangan ini bukan sekadar penunjuk waktu, melainkan kapsul memori yang dikenakan.

Pada akhirnya, manusia mencari makna, tutur Kevin menyimpulkan. Jam tangan bukan hanya tentang akurasi, tapi tentang momen, tentang emosi, dan Grand Seiko memberikan semua itu, imbuhnya lebih lanjut.

Tak heran jika dalam beberapa tahun terakhir, Grand Seiko semakin banyak menarik perhatian kolektor cerdas di seluruh dunia—termasuk Indonesia. Koleksi-koleksi terbatasnya yang sarat makna, serta keunikan material dan mekanisme, menjadikan setiap unit Grand Seiko lebih dari sekadar barang mewah: ia adalah karya seni yang bisa diwariskan.

Pandangan ke Depan

Kehadiran Grand Seiko Mono Salon adalah permulaan. Menurut Ida, Grand Seiko melihat Indonesia bukan hanya sebagai pasar, tetapi sebagai panggung penting untuk menyebarkan filosofi horologi Jepang. “Kami berharap dari Jakarta akan muncul efek riak yang meluas ke kota-kota lain. Visi kami bukan hanya memperkenalkan merek, tetapi mengajak orang masuk ke dalam semesta Grand Seiko—tempat presisi, keindahan, dan emosi bertemu,” tuturnya.

Dalam dunia yang serba cepat dan digital, Grand Seiko berdiri sebagai penjaga nilai-nilai tradisional: kesabaran, kesempurnaan, dan keindahan yang ditemukan dalam kesederhanaan. Kehadiran Mono Salon Grand Seiko di Plaza Senayan, Jakarta, bukan sekadar sebagai butik. Kehadirannya memungkinkan perjalanan ke jantung waktu, di mana setiap detik adalah karya seni, dan setiap jam tangan adalah simbol dari filosofi Jepang yang abadi.

Penulis: Yohanna Yuni

Share via
Copy link
Powered by Social Snap
×