GOLD, TIME, AND GLORY
Titan hadir di Grand Prix d’Horlogerie de Genève 2025 dengan flying tourbillon ultra-terbatas yang memadukan warisan seni India dengan presisi mekanis kelas dunia
Salah satu produsen jam tangan terbesar di dunia yang berbasis di India, Titan Company Limited, kini menorehkan babak baru dalam perjalanan horologi mereka. Untuk kedua kalinya, Titan berpartisipasi dalam ajang Grand Prix d’Horlogerie de Genève (GPHG), dan tahun ini dalam kategori prestisius Tourbillon, membawa sebuah karya yang mereka sebut JALSA. Jam tangan flying tourbillon edisi ultra-terbatas ini bukan sekadar penanda waktu, melainkan pernyataan budaya yang menyatukan warisan seni India dengan presisi teknik kelas dunia.
Di bawah lini Nebula yang seluruhnya dibuat dari emas 18 karat, JALSA dirancang sebagai simbol kebanggaan nasional sekaligus pembuktian kemampuan India di panggung haute horlogerie. Kehadirannya di GPHG disokong oleh keunikan desain berbasis bidriware dan ukiran tangan yang dikerjakan oleh pengrajin ahli, menjadikannya wujud nyata keterampilan tradisi yang diolah menjadi mahakarya modern.
Proyek ini merupakan hasil perjalanan tiga tahun, dimulai dari tahap konseptual, desain rinci, hingga proses perakitan akhir, sebelum diresmikan pada 11 Agustus 2025 di Bangalore dan Geneva. Debutnya di Grand Prix d’Horlogerie de Genève (GPHG) 2025 menjadi langkah perdana Titan dalam kategori Tourbillon, menempatkan India di sorotan komunitas horologi dunia. Desainnya terinspirasi oleh kekayaan seni dan arsitektur India, khususnya perayaan 225 tahun Hawa Mahal di Jaipur yang ikonik dengan fasadnya yang megah.
Kolaborasi antara fasilitas manufaktur Titan di India dan keahlian pakar Swiss memastikan standar haute horlogerie terpenuhi, sekaligus memperkuat posisi Titan di segmen jam tangan mewah secara global. Titan menciptakan JALSA untuk memadukan kekayaan budaya India dengan keunggulan teknis dalam satu karya istimewa. Pada pelat jam, maestro lukis miniatur peraih penghargaan Padma Shri, Shakir Ali, menggambarkan prosesi kerajaan di depan Hawa Mahal dengan kuas setipis sehelai rambut dan pigmen alami dari batu mulia.
Lukisan ini dikerjakan di atas marmer putih yang dipoles, menghadirkan detail yang layak masuk museum. Perpaduan marmer, rose gold 18K, dan red agate pada desain casing jam bukan hanya memberi nilai artistik, tetapi juga menunjukkan bahwa tradisi dapat diolah menjadi karya fungsional yang relevan untuk penggemar jam tangan masa kini.
Di balik kemewahan tampilannya, JALSA menyimpan mesin flying tourbillon yang sepenuhnya dirancang, direkayasa, dan dirakit di India. Kaliber ini terdiri dari 144 komponen dan 14 jewels, berdetak pada frekuensi 3 Hz dengan cadangan daya selama 48 jam. Lapisan red agate tidak hanya membalut casing jam, tetapi juga menghiasi movement bridges yang dapat dinikmati melalui kaca safir di bagian belakang. Sebuah detail unik hadir melalui lensa pembesar di ujung jarum menit, yang secara bergantian memperbesar bagian-bagian lukisan miniatur sesuai pergerakan waktu. Pada momen tertentu setiap jam, lensa ini berada tepat di atas tourbillon, menciptakan paduan visual yang menghubungkan presisi mekanis dengan kehalusan karya artistik.
Hanya diproduksi sejumlah 10 unit yang akan pernah ada di dunia, masing-masing diberi nomor unik layaknya karya seni langka, setiap jam tangan membawa cerita yang tak dapat diulang, menjadikannya bukan sekadar alat penunjuk waktu, tetapi artefak koleksi yang akan diwariskan. Dengan harga senilai 45.000 euro atau 843 juta rupiah, kepemilikan jam tangan eksklusif berarti menjadi bagian dari kelompok eksklusif kolektor yang mengapresiasi perpaduan presisi mekanis dan narasi budaya India. Distribusinya pun terbatas, hanya melalui jaringan ritel mewah Titan dan mitra internasional terpilih, memastikan setiap unit menemukan rumah yang tepat. Fakta edisi terbatas ini menempatkan JALSA di ranah jam tangan yang bukan hanya langka, tetapi juga memiliki jejak sejarah yang akan terus diperbincangkan di dunia haute horlogerie.
Penulis: Billy Saputra